“alangkah bodohnya mereka menyukai kumpulan
tulisan tak bergambar, bahkan sampai ratusan halaman, apa asyiknya, pikir saya
saat itu.”
Tak pernah bosan saya ceritakan awal mula saya
dalam menyukai aktifitas membaca. Karena sungguh, ketika saya mengetahui
nikmatnya dan banyaknya manfaat dari membaca, tidak tahan rasanya ingin berbagi
rasa itu dengan banyak orang.
Saya tidak ingin merasakannya sendiri. Mungkin
seperti seseorang yang menemukan batu akik yang sangat cantik sekali dan tidak
tahan rasanya ingin memakai dan diperlihatkan ke banyak orang.
Tapi, yang menjadi permasalahan saat ini adalah,
cara membuat orang merasakan apa yang saya rasakan, ternyata tidak semudah itu.
Saya teringat kepada diri sendiri saat menjadi seseorang yang membenci
aktifitas membaca, atau bisa disebut seorang kutuk buku. Saat itu saya
benar-benar mengutuk orang-orang yang menjadi kutu buku, alangkah bodohnya
mereka menyukai kumpulan tulisan tidak bergambar, bahkan sampai ratusan
halaman, apa asyiknya, pikir saya saat itu.
Menjadi kutuk buku bertahan sampai awal saya
masuk kuliah. Saya benar-benar merasakan perbedaan diri saya ketika menjadi
kutuk buku dan setelah menjadi kutu buku.
Dari cara berpikir, cara berbicara,
cara bergaul, cara melihat masalah, cara melihat masa lalu dan masa depan, cara
memperlakukan yang muda dan yang tua, cara membedakan yang baik dan tidak baik,
cara membedakan yang penting dan yang tidak, cara mengisi waktu, cara
merencanakan sesuatu, cara belajar, cara berpendapat dan banyak lainnya.
Bukalah google dan ketik manfaat membaca,
pentingnya membaca menurut penelitian, dampak dari membaca, data statistik
antara Negara maju dengan masyarakat yang suka membaca. Maka akan jelas sangat
penting menjadi kutu buku ini.
Masalah membaca harus kita pandang serius,
karena melalui diri kita akan lahir generasi-generasi selanjutnya, terutama
anda calon seorang ibu. Jangan sampai generasi selanjutnya menjadi manusia yang
kutuk buku karena ulah kita.
Awal kutuk buku menjadi kutu buku, berawal
ketika membaca buku novel, berawal dari asingnya kata ‘novel’ bagi saya,
sehingga rasa penasaran memaksa saya untuk membacanya. Ketika baru beberapa
halaman saja, rasa penasaran cerita yang dibuat di dalam novel itu membuat saya
ketagihan dan ingin mengetahui akhir cerita.
Dan hingga akhirnya saya
menamatkan satu buku novel. Disaat itulah saya menyimpulkan, saya bisa
merasakan semua yang terjadi di dalam novel itu tanpa harus merasakannya secara
langsung. Alhasil, saya langsung membeli buku-buku sejenis. Saat itu juga saya
mengetahui cara menambah pengalaman hidup dengan sangat cepat, yaitu dengan membaca
buku.
Akhirnya berbagai macam genre buku saya baca.
Mulailah membaca. Membaca ringan saja, satu bab
perhari. Maka dengan sendirinya rasa tertarik dan penasaran ingin membaca lebih
lanjut itu hadir. Hingga akhirnya tidak terasa kita menjadi kutu buku. Rasakan
perbedaan itu, kenikmatan membaca itu, sehingga orang sekitar kitapun
merasakannya.
No comments:
Post a Comment