Tuesday, May 19, 2015

Dari Kutuk Buku Menjadi Kutu Buku

“alangkah bodohnya mereka menyukai kumpulan tulisan tak bergambar, bahkan sampai ratusan halaman, apa asyiknya, pikir saya saat itu.”

Tak pernah bosan saya ceritakan awal mula saya dalam menyukai aktifitas membaca. Karena sungguh, ketika saya mengetahui nikmatnya dan banyaknya manfaat dari membaca, tidak tahan rasanya ingin berbagi rasa itu dengan banyak orang.

Saya tidak ingin merasakannya sendiri. Mungkin seperti seseorang yang menemukan batu akik yang sangat cantik sekali dan tidak tahan rasanya ingin memakai dan diperlihatkan ke banyak orang.

Tapi, yang menjadi permasalahan saat ini adalah, cara membuat orang merasakan apa yang saya rasakan, ternyata tidak semudah itu. Saya teringat kepada diri sendiri saat menjadi seseorang yang membenci aktifitas membaca, atau bisa disebut seorang kutuk buku. Saat itu saya benar-benar mengutuk orang-orang yang menjadi kutu buku, alangkah bodohnya mereka menyukai kumpulan tulisan tidak bergambar, bahkan sampai ratusan halaman, apa asyiknya, pikir saya saat itu.

Menjadi kutuk buku bertahan sampai awal saya masuk kuliah. Saya benar-benar merasakan perbedaan diri saya ketika menjadi kutuk buku dan setelah menjadi kutu buku. 

Dari cara berpikir, cara berbicara, cara bergaul, cara melihat masalah, cara melihat masa lalu dan masa depan, cara memperlakukan yang muda dan yang tua, cara membedakan yang baik dan tidak baik, cara membedakan yang penting dan yang tidak, cara mengisi waktu, cara merencanakan sesuatu, cara belajar, cara berpendapat dan banyak lainnya.

Bukalah google dan ketik manfaat membaca, pentingnya membaca menurut penelitian, dampak dari membaca, data statistik antara Negara maju dengan masyarakat yang suka membaca. Maka akan jelas sangat penting menjadi kutu buku ini.

Masalah membaca harus kita pandang serius, karena melalui diri kita akan lahir generasi-generasi selanjutnya, terutama anda calon seorang ibu. Jangan sampai generasi selanjutnya menjadi manusia yang kutuk buku karena ulah kita.

Awal kutuk buku menjadi kutu buku, berawal ketika membaca buku novel, berawal dari asingnya kata ‘novel’ bagi saya, sehingga rasa penasaran memaksa saya untuk membacanya. Ketika baru beberapa halaman saja, rasa penasaran cerita yang dibuat di dalam novel itu membuat saya ketagihan dan ingin mengetahui akhir cerita. 

Dan hingga akhirnya saya menamatkan satu buku novel. Disaat itulah saya menyimpulkan, saya bisa merasakan semua yang terjadi di dalam novel itu tanpa harus merasakannya secara langsung. Alhasil, saya langsung membeli buku-buku sejenis. Saat itu juga saya mengetahui cara menambah pengalaman hidup dengan sangat cepat, yaitu dengan membaca buku.

Akhirnya berbagai macam genre buku saya baca.


Mulailah membaca. Membaca ringan saja, satu bab perhari. Maka dengan sendirinya rasa tertarik dan penasaran ingin membaca lebih lanjut itu hadir. Hingga akhirnya tidak terasa kita menjadi kutu buku. Rasakan perbedaan itu, kenikmatan membaca itu, sehingga orang sekitar kitapun merasakannya.



No comments:

Post a Comment