Sunday, March 22, 2015

Kebahagiaan Pernikahan Hanya Seumur Jagung ?

Sebelum saya menikah, banyak sekali celotehan dari teman atau keluarga mengenai pernikahan. Banyak diantaranya yang terlihat optimis mengatakan "Kebahagiaan pernikahan hanya seumur jagung" yang artinya hanya 3-4 bulan saja. Benarkah ?

Bermacam-macam alasan mereka kemukakan. Bisa dikarenakan rumput tetangga lebih baik, kebosanan dalam berinteraksi atau bahkan ada yang mengatakan hal semacam itu sudah pasti akan terjadi. Lalu saya katakan "bagaimana dengan mereka yang bisa bertahan sampai tua ?"

jawabannya sederhana. "Buah hati"

Pasangan suami istri menghabiskan hidup mereka dengan cara bertahan dengan ketidak bahagiaan. Ada seorang istri yang mengatakan bahwa suaminya sering berprilaku kasar padanya, lalu ditanyakan kepada istri tersebut "lalu mengapa anda masih bertahan ?" jawabannya pun serupa "sudah terlanjur punya anak"

Saya yang awam pada saat itu merasakan kengerian mengenai pernikahan. Sempat berfikir menunda pernikahan sampai saya puas menjalani masa muda saya. Pernikahan hanya suatu yang lumrah tanpa tujuan, hanya sebatas pelengkap dalam hidup pikir saya.

Tapi kenyataannya saya malah menikah pada umur yang banyak orang mengatakan terlalu muda, bahkan orang tua sendiri pun mengatakan seperti itu. Atau ada orang yang mengatakan terlalu berani. Tapi saya tetap lakukan. Kenapa ?

Karena ILMU

Ilmu mengantarkan saya kepada sebuah hakikat kehidupan, terutama hakikat pernikahan itu sendiri. Hakikat yang telah ditetapkan oleh Tuhan Yang Maha Esa, Allah Swt.

Ilmu mengantarkan saya untuk mengenal Islam lebih dalam, yang ajarannya memenuhi fitrah manusia. Termasuk pernikahan, dimana dalam pernikahan Islam mengajarkan agar sepasang suami istri selalu memenuhi haknya masing-masing untuk selalu memperoleh kebahagiaan.

Ilmu mengantarkan saya kepada Rasulullah Saw, yang menjadi sebaik-baiknya teladan. Terutama contoh-contoh beliau dalam pernikahan yang penuh dengan kebahagiaan. Contoh dari Rasulullah Saw mematahkan pemahaman "kebahagiaan pernikahan hanya seumur jagung".

Lihat saja sabda beliau untuk para suami

“Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya ialah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baiknya kalian ialah yang terbaik kepada isterinya” (Hadits Riwayat At-Tirmidzi).

“Janganlah seorang mukmin memarahi isterinya ataupun seorang wanita beriman. Jika tidak suka terhadap salah satu sifatnya, maka pasti ada sifat lainnya yang menyenangkan. Dunia ini adalah suatu kesenangan yang sementara, dan sebaik-baik kesenangan di dunia adalah wanita yang shalihah” (Hadits Riwayat Muslim).


Lihatlah betapa Islam begitu memuliakan posisi seorang istri. Diantara orang-orang yang memiliki kesempurnaan iman ternyata ada yang lebih baik dari itu, yaitu yang terbaik kepada istrinya. Masya Allah.

Itulah mengapa Islam menganjurkan untuk memilih pasangan dari agamanya. Dari ketaatannya kepada yang menciptakannya. Karena bila kita memilih pasangan selain dari agamanya, maka mustahil ia akan menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya. 

Mustahil dia akan menjalankan hadits-hadits diatas. Hadits-hadits di atas menurutnya merugikan bila dilakukan. Tapi bagi orang beriman, bagi orang yang taat, hanya mengetahui sesuatu berasal dari Allah dan Rasul-Nya maka ia akan dengar dan taat.

Maka dari itu, saya selalu mengingatkan kepada istri dan terutama diri sendiri, untuk selalu terus mencari ilmu, haus akan ilmu. Agar diantara kita, selalu belajar menjadi pasangan terbaik, belajar selalu membahagiakan pasangan.

Bagi yang memiliki suami atau istri shaleh, bersyukurlah, karena diantara mereka selalu berusaha untuk taat atau menjalankan perintah Allah Swt dan Contoh Rasulullah Saw.

Yaitu, perintah untuk selalu membahagiakan dirimu.

Sekali lagi, Islam tidak mengenal kebahagiaan pernikahan seumur jagung, tapi kebahagiaan sampai Akhirat.




No comments:

Post a Comment