Saturday, February 14, 2015

Teori Senter Dalam Memberikan Nasehat


Dakwah itu layaknya senter
Dan kebenaran adalah cahayanya

Bila senter itu di arahkan pada muka seseorang
Maka ia akan menghalangi cahaya itu dengan tangannya

Bila senter itu diarahkan pada suatu tempat
Maka ia akan mengetahui sesuatu

Kalimat diatas bisa kita tafsirkan masing-masing. Kebenaran ada untuk menunjukan jalan, menunjukan langkah yang harus di tempuh, baik oleh fikiran, hati dan raga ini.


Mungkin kita pernah merasakanya, bagaimana reaksi kita saat diberikan suatu nasehat secara langsung oleh seseorang. Rasa gengsi, malu, marah, tidak terima dan menutupinya dengan berbagai macam alasan.

Atau kitapun pernah merasakannya, bagaimana reaksi seseorang saat diberikan suatu nasehat secara langsung oleh kita. Pura-pura tidak mendengar, sinis, dilawan dengan perkataan pedas dan menutupinya dengan berbagai macam alasan.

Padahal isi nasehat itu “pasti” akan kebenarannya.

Dan kebenaran tentulah hal terbaik bagi siapapun. Dan itu adalah simbol dari rasa kasih sayang, rasa peduli terhadap sesama.

Tugas kita sebagai orang yang dinasehati (di Dakwahi) adalah merajai diri sendiri, perintah diri sendiri agar menerima semua nasihat yang ada, baik itu dari seumuran, orang yang belum melakukan nasihat itu, orang yang kita benci bahkan dari anak kecil.

Tugas kita sebagai penasehat (Pengemban Dakwah) adalah, temukan seni yang baik dalam memberikan suatu nasehat, selalu introspeksi diri bila orang lain menolak mentah nasehat kita. Utamakan diri sendiri untuk segera melakukan nasehat itu. Dan berusaha menjadi seperti cahaya itu (teladan).

Sekali lagi, kita saling mengingatkan untuk mengingat teori senter “arahkan pada suatu tempat, bukan mukanya”. Sehingga nilai kebenaran dari suatu nasehat tetap baik dan bukan malah buruk.


Nasehat (Dakwah) adalah kasih sayang. Tidak ada caci maki, menyalahkan dan menyudutkan.

No comments:

Post a Comment